Assalamualaikum wr.wb.
Kebanyakan dari manusia sebagai makhluk sosial ingin memiliki dan menunjukkan eksistensinya, ingin mempunyai kedudukan, ingin punya ilmu, ingin punya kekayaan dan pada muaranya ingin memiliki status sosial yang baik dan kalau bisa melebihi orang lain. Bahkan sebagian orang menginginkan menjadi orang besar, orang terpandang, orang yang dihormati dan setiap orang respect terhadapnya.
Sebagai suatu keinginan tentu saja itu sah-sah saja dan memang sesuatu yang menjadi fitrah manusia dan alamiah atau dalam bahasa agama disebut sunatullah. Namun untuk mendapatkan keinginan itu, agar hasilnya tidak menimbulkan efek samping, tentu saja cara-cara yang dilakukan untuk mendapatkan yang diinginkan tersebut harus mengikuti sunatullah juga. Jangan melakukan hal-hal yang melawan sunatullah bahkan menabrak rambu-rambu yang ditetapkan oleh Tuhan, karena dijamin hasilnya (kalau membuahkan hasil) tidak akan memuaskan baik diri sendiri maupun orang lain. Orang yang sukses dengan cara-cara yang melanggar rambu Tuhan, melanggar sunatullah, dipastikan akan cenderung berwatak tidak bagus, cenderung sombong (bukan alat kontrasepsi lho..), membanggakan diri, menganggap rendah orang lain dll.
Rendah Hati tanpa Rendah Diri
Orang yang berhasil meraih cita-citanya dengan memperhatikan norma-norma dan rambu-rambu serta Sunatullah, dia akan tetap tawadhu’, rendah hati dan selalu bersyukur atas apa yang telah dicapainya, baik melalui ucapan maupun melalui perbuatan dengan semakin tekun beribadah dan makin mantap terlihat kedermawanan sosialnya. Tapi orang yang rendah hati tidak pernah rendah diri, dia tetap akan optimis dan tidak pernah merasa minder.
Tetap merasa jadi orang kecil
Yang lebih hebat lagi adalah orang yang tidak pernah merasa besar. Orang seperti ini mungkin saja telah menjadi orang besar meskipun dia tidak meniatkannya. Meskipun sejatinya dia telah menjadi orang besar, orang terpandang, orang yang disegani, orang yang dihargai menurut pandangan orang lain, dia tetap merasa menjadi orang kecil.
Orang seperti ini mungkin saja tidak pernah memimpikan ataupun bercita-cita menjadi orang besar, yang ada dalam benaknya dalah bagaimana dia menjalani hidup dengan semestinya. Cita-citanya adalah ingin menjadi orang biasa yang hidup dengan tentram, tanpa ambisi, tanpa iri hati apalagi dengki. Hidup dijalaninya mengikuti falsafah air, mengalir ke mana saja tempat yang lebih rendah. Namun dmikian dia bukannya tidak berguna, dia sangat dicari orang karena tanpa keberadaannya orang akan sengsara, orang akan susah menjalani hidup. Orang tidak akan beranggapan bahwa ada dan tiadanya dia nggak masalah, justru sebaliknya, adanya dia orang akan merasa terbantu, tertolong, terjamin hidupnya dan lepas akan segala dahaga. Sebaliknya tanpa adanya dia, orang akan kehilangan dan mencari kemana dia pergi.
Meskipun menurut orang lain, dia banyak di-‘dholimi’ oleh penguasa, tapi dia tidak pernah merasa begitu. Dengan sabar dia menerima apa yang dicobakan kepadanya, karena apa yang terjadi di dunia ini, pasti ada karena ridho Tuhan yang mana kuasa dan hama berkehendak.
Type orang seperti ini meskipun sejatinya dia masih tergolong orang kecil, secara tidak sadar, dia telah menjadi orang besar. Dia punya kebesaran jiwa, kebesaran budi pekerti dan kebesaran iman. Dan bahkan meskipun sebenarnya dia telah menjadi orang besar, dia tetap merasa menjadi orang kecil, karena ketawadlu’annya.
Wallahu a’lam bissawab, hanya Allah yang maha tahu.
Wassalamualaikum wr.wb.
Kebanyakan dari manusia sebagai makhluk sosial ingin memiliki dan menunjukkan eksistensinya, ingin mempunyai kedudukan, ingin punya ilmu, ingin punya kekayaan dan pada muaranya ingin memiliki status sosial yang baik dan kalau bisa melebihi orang lain. Bahkan sebagian orang menginginkan menjadi orang besar, orang terpandang, orang yang dihormati dan setiap orang respect terhadapnya.
Sebagai suatu keinginan tentu saja itu sah-sah saja dan memang sesuatu yang menjadi fitrah manusia dan alamiah atau dalam bahasa agama disebut sunatullah. Namun untuk mendapatkan keinginan itu, agar hasilnya tidak menimbulkan efek samping, tentu saja cara-cara yang dilakukan untuk mendapatkan yang diinginkan tersebut harus mengikuti sunatullah juga. Jangan melakukan hal-hal yang melawan sunatullah bahkan menabrak rambu-rambu yang ditetapkan oleh Tuhan, karena dijamin hasilnya (kalau membuahkan hasil) tidak akan memuaskan baik diri sendiri maupun orang lain. Orang yang sukses dengan cara-cara yang melanggar rambu Tuhan, melanggar sunatullah, dipastikan akan cenderung berwatak tidak bagus, cenderung sombong (bukan alat kontrasepsi lho..), membanggakan diri, menganggap rendah orang lain dll.
Rendah Hati tanpa Rendah Diri
Orang yang berhasil meraih cita-citanya dengan memperhatikan norma-norma dan rambu-rambu serta Sunatullah, dia akan tetap tawadhu’, rendah hati dan selalu bersyukur atas apa yang telah dicapainya, baik melalui ucapan maupun melalui perbuatan dengan semakin tekun beribadah dan makin mantap terlihat kedermawanan sosialnya. Tapi orang yang rendah hati tidak pernah rendah diri, dia tetap akan optimis dan tidak pernah merasa minder.
Tetap merasa jadi orang kecil
Yang lebih hebat lagi adalah orang yang tidak pernah merasa besar. Orang seperti ini mungkin saja telah menjadi orang besar meskipun dia tidak meniatkannya. Meskipun sejatinya dia telah menjadi orang besar, orang terpandang, orang yang disegani, orang yang dihargai menurut pandangan orang lain, dia tetap merasa menjadi orang kecil.
Orang seperti ini mungkin saja tidak pernah memimpikan ataupun bercita-cita menjadi orang besar, yang ada dalam benaknya dalah bagaimana dia menjalani hidup dengan semestinya. Cita-citanya adalah ingin menjadi orang biasa yang hidup dengan tentram, tanpa ambisi, tanpa iri hati apalagi dengki. Hidup dijalaninya mengikuti falsafah air, mengalir ke mana saja tempat yang lebih rendah. Namun dmikian dia bukannya tidak berguna, dia sangat dicari orang karena tanpa keberadaannya orang akan sengsara, orang akan susah menjalani hidup. Orang tidak akan beranggapan bahwa ada dan tiadanya dia nggak masalah, justru sebaliknya, adanya dia orang akan merasa terbantu, tertolong, terjamin hidupnya dan lepas akan segala dahaga. Sebaliknya tanpa adanya dia, orang akan kehilangan dan mencari kemana dia pergi.
Meskipun menurut orang lain, dia banyak di-‘dholimi’ oleh penguasa, tapi dia tidak pernah merasa begitu. Dengan sabar dia menerima apa yang dicobakan kepadanya, karena apa yang terjadi di dunia ini, pasti ada karena ridho Tuhan yang mana kuasa dan hama berkehendak.
Type orang seperti ini meskipun sejatinya dia masih tergolong orang kecil, secara tidak sadar, dia telah menjadi orang besar. Dia punya kebesaran jiwa, kebesaran budi pekerti dan kebesaran iman. Dan bahkan meskipun sebenarnya dia telah menjadi orang besar, dia tetap merasa menjadi orang kecil, karena ketawadlu’annya.
Wallahu a’lam bissawab, hanya Allah yang maha tahu.
Wassalamualaikum wr.wb.