Selasa, Oktober 30, 2007

Beda Hari Raya

Curhat dari orang awam, sekedar pengungkapan uneg-uneg untuk kebaikan negeri ini.



Setahu saya dalam sejarah yang saya inget, memang ada beberapa kali umat islam di Indonesia merayakan hari rayanya (baca: idul fitri dan idul adha) berbeda antara paham yang satu dengan paham lainnya. Meskipun perbedaan hari raya itu hanya selang waktu satu hari, tapi itu cukup merisaukan dan membingungkan berbagai kalangan umat islam, terutama yang awam. Memang orang awam sering dibuat bingung orang yang alim (baca: berilmu), tidak terkecuali soal penetapan hari raya ini. Coba bayangkan, kita tahu semua bahwa tanggal merah yang ada di kalender 2007 (yang memuat juga penanggalan hijriyah-meskipun dalam ukuran yang lebih kecil), sebagai hari raya idul fitri adalah tanggal 12 and 13 Oktober (Sabtu dan Minggu). Tanggal merah itu telah ditetapkan jauh-jauh hari sebelum kalender 2007 itu dicetak (at least 10 bulan sebelumnya). Setahu saya sumber penanggalan Hijriyah itu bersumber dari DEPAG (Departemen Agama RI). Kalau Muhammadiyah tidak sepakat dengan penetapan tanggal 1 syawal 1428H mestinya (logika orang awam sih...), ngobrol dong dengan Depag. Pertanyaannya khan... kenapa baru pada the last minute, atau beberapa saat menjelang idul fitri Muhammadiyah mengumumkan bahwa 1 syawal jatuh pada tanggal 11 Oktober. Lagian ngumuminnya kagak pake permisi dulu ame Depag (institusi yang berwenang di negeri ini dalam menetapkan urusan kayak ginian) tahu-tahu mak celemong ngumumin... kesannya arogan gitu..."yang penting gua udah ngumumin, mo diikutin syukur mo beda dengan Pemerintah juga silakan, khan gua golongan terpelajar"... kesannya sih!!! mudah2an gak bener.

Yang juga jadi pertanyaan bagi orang awam ini adalah : Baik Pemerintah (depag) maupun Muhammadiyah dalam menetapkan 1 syawal sebagaimana diutarakan di atas adalah sama-sama HISAB (bukan ru'yat), yaitu hasil perhitungan. Kenapa juga beda???? apa orang-orang pinter yang bisa ngitung di kedua lembaga itu nggak pernah ngobrol tentang metoda itungannya atau hasil itungannya? koq sepertinya berjalan sendiri-sendiri. Kabarnya sih keduanya punya metoda yang berbeda. Meskipun metodanya sama, hasilnya sama, tapi beda dalam menentukan kriteria derajat ketinggian hilal... (jadi tambah bingung guwe..). Belum lagi kalok dipertentangkan komputer yang digunakan (bila menggunakan komputer), yagn satu pake windows yang satu pake linux, yang satu pake buatan amirika (baca: amerika) yang satu buatan china. Kayaknya gak selesai2 kalau selalu mempertentangkan berbedaan dan sepertinya tidak ada upaya untuk mencari kesamaan.

Lain lagi dengan pihak Pemerintah dan juga NU... kenapa sih koq masih mengandalkan ru'yat? khan sekarang teknologi udah semakin canggih, wong gerhana bulan total yang terjadi beberapa waktu yang lalu aja udah dapat diperkirakan (dihitung) dengan cermat mulai jam, menit dan detik, baik mulai maupun selesainya. Kita khan tahu sendiri kondisi langit kita dewasa ini, tingkat polusi yang semakin menggila, khan mempengaruhi kemampuan mata telanjang maupun teropong kocok dalam melihat hilal itu sangat terbatas??? Saya koq melihat ada unsur gengsi tuh dari pihak pemerintah untuk merubah apa yang telah ditetapkan di awal tahun.

Mbok yao.... pada rukun, biar orang awam kagak kebingungan mo milih yang mana dalam mengikuti hari raya.

Efek dari itu semua adalah... banyak orang awam telah membatalkan puasa pada tanggal 11 Oktober, tapi baru melaksanakan sholat idul fitri baru tanggal 12 Oktober (nha lho...). Kalau begitu boleh kagak, ustadz or ustadzah? kalo hal itu salah, siapa yang patut disalahkan? apakah orang-orang awam itu yang kebingungan itu juga menanggung dosa, atau orang-orang pinter itu yang bikin bingung yang patut disalahkennnnnn..???

Dan Allah-lah yang maha tahu, mohon maaf bila ada salah-salah kata dan tersinggung karenanya.

Semoga tidak ada lagi 2 hari raya idul fitri dalam setahun di negeri ini, dalam waktu yang akan datang.

Wassalam.

Tidak ada komentar: