Senin, November 05, 2007

Angkutan Umum Jakarta

Tak terelakkan lagi bahwa hari pertama masuk bekerja setelah libur panjang dalam rangka perayaan hari raya idul fitri 1428 H (2007) di Jakarta, kemacetan kembali meradang, bahkan cenderung menggila. Menurut pusat dana dan analisis transportasi kota, jumlah kendaraan di Jakarta sampai tahun 2003 mencapai 6.506.244 unit. Dari jumlah itu 1.464.626 di antaranya merupakan jenis mobil berpenumpang, 449.169 mobil beban (truk), 315.559 bus, dan 3.276.890 sepeda motor. Pertambahan paling fantastis terjadi pada jenis kendaraan sepeda motor yang pertumbuhannya mencapai ratusan ribu kendaraan pada tahun-tahun terakhir ini (tahun 2001 sepeda motor bertambah 333.510 unit, tahun 2002 bertambah 223.896 unit, tahun 2003 bertambah 365.811 unit). Dengan jumlah kendaraan itu saja, ruas-ruas jalan protokol hingga jalan tikus saja sudah menyebabkan kemacetan. Apatah lagi dewasa ini sedang dibangun jalur-jalur bus berjalur khusus yang disebut Transjakarta alias Busway sebanyak 3 koridor secara bersamaan. Parahnya adalah pembangunan jalur tersebut dilakukan dengan mengeraskan jalan dengan beton setebal kurang lebih 20 centimeter dan mengambil satu lajur dari 2 atau 3 jalur yang sekarang ada. Bahkan ada jalan yang hanya memiliki satu jalur dan diambil untuk di-cor, setidaknya saya lihat di calon jalur busway koridor 9 – pinang ranti – pluit, ruas perempatan Garuda (Tamini Square) ke Terminal Pinang Ranti, Jakarta Timur. Gimana gak macet total coba.

Hal ini makin diperparah dengan datangnya musim hujan yang dialami ibukota, yang semua orang juga tahu bahwa saluran drainase di kota kita ini emang semrawut (bila gak mau disebut acak adul), maka bila hujan datang sebentar aja genangan udah terjadi di mana-mana, maka udah dapat ditebak, macet juga terjadi di mana-mana, belum lagi ditambah para bikers (pengendara sepeda motor) yang kebanyakan tidak taat hukum, berteduh dan memarkir motornya di kolong jembatan layang atau jembatan penyeberangan dan menghabiskan hampir seluruh badan jalan.

Kembali ke masalah busway. Angkutan massal yang digagas oleh gubernur DKI Sutiyoso (bang yos) itu pada tataran ide memang bagus. Meskipun dalam implementasinya harus menyebabkan permasalahan seperti kemacetan terseut di atas, diharapkan dengan adanya jalur-jalur busway kemacetan di Jakarta dapat sedikit teratasi, karena diharapkan sebagian pengguna mobil pribadi dapat beralih ke bus tersebut dan pengendara motor yang ugal-ugalan dan saling serobot di jalan dapat belajar tertib dengan mengantre menggunakan sarana transportasi umum itu.

Tapi memang sebetulnya itu bukan jawaban yang jitu untuk menanggulangi kemacetan di Jakarta. Sebagaimana sarana transport masal yang ada di negara-negara maju di dunia ini, bahkan negara tetangga terdekat kita-Singapore dan Malaysia, menggunakan sarana transpor dengan basis kereta api. Sebut saja MRT di Singapore dan LRT di Kuala Lumpur. Harusnya kita di jakarta ini juga sudah sejak lama menggunakan moda itu untuk menjawab kemacetan. Tapi kenapa kita mo bikin monorel yang panjangnya tidak seberapa saja, kagak kelar-kelar???? Sedangkan Subway yang rencananya membentang dari Lebak bulus ke Kota saja juga masih wacana ke wacana berikutnya. Semoga deh busway yang dibangun ini dapat mengurangi kepadatan lalu lintas dan mengajari pengguna fasilitas umum untuk lebih tertib, sebelum fasilitas umum yang lebih canggih benar-benar hadir di negeri ini.
Wssl

1 komentar:

apri mengatakan...

sepertinya busway bukan cara yang efektif untuk mengatasi kemacetan