Beginilah kira-kira percakapan yang terjadi bila orang batak yang sok tahu bertemu dengan mbak-mbak bakul jamu di sebuah lingkungan kos-kosan mahasiswa.
Alkisah di suatu hari libur panjang (long weekend) di sebuah perkampungan kos mahasiwa di belakang kampus perguruan tinggi di jogja. Seorang mahasiswa etnis batak yang orang tuanya nun jauh di seberang sana, tidak punya biaya untuk pulang kampung. Jadilah dia sendirian di kosannya karena teman2nya pada pulang kampung.
Di pagi hari yang agak siang ketika dia sedang bengong ngelamun jorok, karena nggak ada temen ngobrol, di lihatlah seorang mbak-mbak bakul jamu gendong melewati depan rumah kosnya. Mbak bakul jamu, meskipun umurnya udah agak setengah tuwa alias STW, tapi menurut kriteria si mahasiswa ini, masih mak nyus untuk digodain. Diputarlah otak untuk mencari jalan menggoda si mbak ini, maka ditemukan cara jitu untuk membuat mbak itu sebagai temen ngobrol sekaligus ngegodain.
Meskipun seumur-umur dia ngga pernah dan tidak suka dengan jamu (apalagi jamu gendong), dia berpura-pura mau beli jamu gendong. Maka terjadilah dialog di bawah ini:
Mahasiswa (M) : Mbak Jamu… (dengan logat batak yang kental alias medhok sekali),
Mbak Jamu (J) : Inggih Mas… Ngundang kula? (bahasa khas mbak bakul jamu gendong asal sragen, agak ragu akan panggilan si batak ini),
M : Kesini sebentar, saya mau beli jamu…
J : Injih mas…, (jawab mbak jamu sambil jalan mendekat)…
M : Masih ada nggak jamunya?
J : Sampun telas mas…
M : ah…. Apa saja lah, pakai talas juga nggak apa apa… mau saya,..(dia pikir jamu pakai daun talas itu hal yang lumrah)
J : Ngapuntene Mas…. Sampun mboten wonten…
M : Pake santen juga boleh, malah lebih gurih khan?
J : Dasar wong edan…, gerutu mbak bakul jamu.
M : Lho… mbak ini tahu dari mana saya orang medan?
J : ??%%$#@$
Selasa, Januari 15, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar